Sekarang gue pengin bahas masalah Twitter, media
social yang di-konversi jadi mainan favorit anak muda dan manusia dewasa
sekalipun. Sebelum kalian membaca lebih dalam, gue mau meluruskan bahwa tulisan
ini gak sepenuhnya mengandung ‘teriakan hati’, bagaimanapun gue harus
meluruskan penyakit lama ini di Twitter demi kemaslahatan bersama.
Kalo kita ngomongin Twitter gak bakal ada
habisnya, dan gak bakal ada bosennya. Pada hakikatnya, Twitter dirancang untuk
bertukar informasi kepada penggunanya. Seseorang akan lebih tertarik untuk follow suatu akun kalo mendapatkan hal
yang mereka butuhkan. Gak cuma nulis di dalam box yang dikasih jatah 140 karakter, kalian bisa melakukan
komunikasi sama temen, walaupun pada dasarnya ini bukan fungsi utama Twitter.
Tapi Twitter bukan cuma menjadi media komunikasi
modern, untuk dapat ‘dilirik’ orang, kamu gak boleh sekali-kali melupakan paham
tentang gimana meracik suatu kalimat. Banyak temen gue yang pengen punya
followers banyak dengan cara minta folbek. Ini adalah cara yang keluar dari
jalurnya, gak ada yang salah sebenernya, tapi
kembali lagi ke pernyataan kalo Twitter adalah hasil olah pikir manusia
yang harus dituangkan dalam 140 karakter. Jadi, followers yang follow
kamu itu adalah hasil kerja keras kamu dalam merangkai kata, didorong sama
kemauan, dan motivasi dari dalam diri kamu.